BANDARLAMPUNG - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) melansir keberadaan 12 yayasan berpaham radikal kepada pemerintah agar diwaspadai. Salah satunya ada di Lampung. Menurut PB NU, ke-12 yayasan tersebut mengajarkan aliran Wahabi yang sebenarnya bukan radikal. Namun bila diartikan secara salah, justru bisa mengarah kepada aksi terorisme.
Ketua Pengurus Wilayah NU Lampung Soleh Baijuri mengatakan, pihaknya belum menerima data yang dikirimkan PB NU terkait hal tersebut. Namun jika dikatakan di Lampung ada, Soleh menyetujuinya. Bahkan, menurut dia, sudah ada sejak lama.
’’Alirah Wahabi itu sudah ada sejak zaman dahulu. Namun, aliran ini kalau di Timur Tengah tidak laku. Pangsa pasar yang empuk ya Indonesia ini. Faktor pendukungnya, salah satunya mayoritas pemeluk Islam adalah Islam turunan. Artinya menganut agama Islam karena orang tuanya beragama Islam, namun pemahaman Islam-nya dipertanyakan,” urainya.
Oleh sebab itu, sangat mudah bagi kelompok-kelompok seperti aliran Wahabi ini melakukan doktrin kepada mereka yang memang mayoritas masih dangkal pemahaman agamanya. Aliran Wahabi ini, menurutnya, adalah aliran yang dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahab.
’’Kalau kelompok yang termasuk alirah Wahabi di Lampung ini ada seperti Majelis Tafsir Alquran, Salafi, Hizbut Tahrir Indonesia, dan Khilafatul Muslimin,” kata Soleh.
Menurutnya, jika secara akidah, kembali ke masing-masing pihak. Namun jika berbicara secara politik, itu merupakan wewenang penegak hukum. ’’Saya sudah berkunjung ke Pak Kapolda, sudah sampaikan hal ini, dan beliau sudah tahu,” ujarnya.
Ia mengatakan, aliran Wahabi ini sepertinya memiliki tujuan ingin mendirikan negara Islam. ’’Kalau untuk NU, NKRI itu harga mati. Kami perjuangkan nilai-nilai Islam saja untuk ditegakkan di negara ini,” katanya.
Terpisah, Humas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Lampung Akhairil Fajri menegaskan bahwa HTI tidak ada kaitannya dengan aliran Wahabi. Sebab, menurutnya, HTI merupakan sebuah parpol Islam yang berdirinya di Palestina sekitar tahun 1950-an. ’’Kami mengemban dakwah Islam dengan dakwah fikriyah, dengan pikiran, bukan kekerasan,” tukasnya.
Ia mengatakan, tujuan HTI hanyalah membuat Indonesia lebih baik. ’’Lalu apa yang dapat dipermasalahkan dengan upaya kami? Jangan malah menjadi fitnah,” ucapnya.
Pihaknya, menurut Akhairil, juga telah melakukan kunjungan ke kepolisian. ’’Kami jelaskan siapa kami. Bahwa aktivitas apa pun yang kami lakukan tidak dengan kekerasan. Sangat keliru jika mengatakan HTI adalah aliran Wahabi,” tegasnya.
Ia juga mengatakan bahwa HTI tidak pernah berseberangan dengan ormas Islam. Melainkan justru mengajak untuk mewujudkan kembali kehidupan islami, bukan untuk menyebabkan perpecahan umat.
Pimpinan Khilafatul Muslimin Pesawaran Kamijan mengatakan bahwa pihaknya tidak menganut ajaran siapa pun, termasuk Wahabi seperti yang dikatakan. ’’Kami hanya mengikuti Alquran dan sunah. Semua aliran itu sama saja asal berdasarkan dua hal tersebut. Siapa pun yang ingin bergabung dengan kami pun bisa. Jamaah apa pun asal tidak menyimpang dari ajaran Alquran dan sunah,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan. Agama Islam merupakan Rahmatan lil Alamin. Rasulullah dahulu, menurutnya, berperang karena diperangi dan dimusuhi. Bukan menebar kekerasan tanpa alasan. ’’Kalau ada yang melakukan kekerasan itu kan pribadi merekanya, bukan ajaran Islam-nya,” kata dia.
Sementara itu, Polda Lampung dan Kejati Lampung juga mengaku belum mendapatkan data yang dikirimkan oleh PB NU. ’’Ya kalau kami memiliki data sendiri. Namun sejauh ini, tidak ada hal-hal membahayakan yang harus diwaspadai,” tegas Kepala Bidang Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih. (eka/p2/c1/ary)